Senin, 28 Mei 2018

Untuk Secangkir Teh Manis Hangat


Untuk Secangkir Teh Manis Hangat (direa.sastra)


Aku lebih suka teh hangat dari pada air dingin yang jika ku minum akan membekukan darahku.
Aku lebih menyukainya, teh hangat ditambah gula untuk melekatkan rasa manis padanya, yang bisa membuatku jauh lebih rileks.

Ya. Aku lebih suka itu…


Namun,… apa yang aku suka sepertinya sudah lama aku tidak pernah meminumnya lagi..
Walaupun aku sudah memberitahu ibu dan saudara-saudaraku bahwa aku lebih suka secangkir teh manis hangat daripada air dingin yang sering mereka berikan padaku..
Mereka sama sekali tak mendengarku, saat aku mulai menangis menginginkan teh manis hangatku, mereka tak kunjung memberinya…

Sedih rasanya…

Tak apa, mungkin… ini bukan saatnya aku mencicipi secangkir teh manis hangat itu.

Kau tau? mengapa aku lebih menginginkan secangkir teh manis hangat daripada minuman lain???
Karna,..
Secangkir teh manis hangat bisa membuatku tenang, rileks, nyaman, dan aku lebih merasakan bahwa aku hidup kembali.

Tidak repot untuk membuatnya,
Cukup kau siapkan cangkir, air hangat, gula dan teh untuk menjadikannya secangkir teh manis hangat.
Tapi mengapa, memintanya bagaikan aku meminta semesta?

Aku hanya menginginkan itu, tidak lebih.

Sebuah cinta seperti air hangat, dan cangkir bagaikan wadah sebuah keluarga, disertai gula yang hadir pada perjalanan kehidupan… sesekali gula itu harus menjadi hal terpenting dalam minuman itu, dan teh bagaikan ayah… ayah yang tumbuh dari pohon yang hanya didapatkan dipegunungan yang diolah kedalam pabrik lalu dikemas, dijual dipasaran sehingga hadir pada tiap-tiap rumah yang berpenghuni keluarga. Dan setelah semua proses itu, untuk menikmati semuanya… ia tidak bisa merasakannya sendiri. Namun, ia harus diseduh dalam cangkir keluarga, dengan tambahan gula dan air hangat lalu dimasukkanlah dia (teh celup) itu kedalam cangkir, hingga dia melebur pada seluruh kehangatannya.
Itulah yang seharusnya kau lakukan, Ayah.
Kau dulupun merasakan kecil, dididik oleh ibu dan ayahmu.. yang didikan itu berupa kasih sayang, cinta, larangan, ajaran, nasihat, dan amarah… yang hanya bisa kau dapatkan pada ayah dan ibumu
Lalu kau tumbuh dewasa ayah, kaupun mulai mempelajari semua yang ada di Dunia ini, kau mempelajari fisika, kau mempelajari matematika, kau mempelajari seni budaya, kau mempelajari kehidupan dan lainnya..
Ibu dan ayahmu menitipkan dirimu pada sekolah-sekolah yang ia percayai bisa mendidikmu, lalu kau sukses dan menjadi lebih dewasa
Kaupun mencari sosok teman untuk hidupmu, dari satu hati ke hati lainnya… kau akhirnya memilih pasangan hidupmu. Dia adalah ibuku.

Namun,. Ceritaku tak seperti secangkir teh manis hangat itu,.
Aku tak memilikimu… ayah

Kau, telah pergi, membawa semua kenangan yang telah kau ciptakan bersama ibu…
Kau pergi, atas dasaaaaaar..
*aku tak tau
Aku tak tau, atas dasar apa kau meninggalkan keluargamu
Ibu, menutupi kisahnya dan dirimu sangat rapat, hingga saat dia sadar bahwa kau telah pergi meninggalkannya,… oh tidak… bukan dia, tapi… kau pergi meninggalkan kita,. ya,. Aku dan ibu… kau tau,? pada saat itu yang dia hadirkan hanya airmata yang sama sekali kau tak dapat melihatnya..

Aku semakin ingin mengenalmu,.
Orang seperti apakah dirimu yang harusnya ku sebut Ayah???
Sepertinya, rasa benciku kepadamu begitu besar sehingga menyulitkanku mengenalmu lebih jauh

Akupun tak tau, bagaimana benci bisa hadir pada hatiku setelah kejadian yang kamu berikan pada keluargamu sendiri.
Namun, jika ku ingat masa kecilku,.. sepertinya kau sungguh orang yang sangat baik, Ayah…
Kau menyayangi aku dan ibu…dan kau mencintai kelurgamu sendiri…

Kau tau ayah? aku adalah anak satu-satunya darimu, kalaku kecil… segores senyum mungkin akan membuatmu tenang. Maka dari itu aku lebih suka tersenyum didepanmu,.. Karna kau tau aku bahagia bersamamu, ayah…
Setiap hari, entah bagaimana caranya kau selalu membuatku tersenyum. “Segores senyum untuk putri kecilku”, katamu. Aku masih ingat betul semua perkataan-perkataan yang kau berikan padaku… Aku benar-benar bahagia, kala itu… bersamamu hidupku penuh tawa. Dan aku rasa dunia ini benar-benar indah karna aku memilikimu dan ibu.. yang selalu membuatku jauh dari luka. Masa kecil ini, kan selalu ku ingat dalam dekap seorang ayah yang selalu menggoreskan senyum diwajahku. Bagaimana ayah? Sepertinya beruntung sekali masa kecilku kala itu,.. apa kau tidak ingin kembali pada aku dan ibu?, pada keluargamu sendiri,.. yang selalu hadir untuk menantimu
Ayah dan ibu, mereka adalah dua orang yang menjadikanku bahagia, mereka terlihat seperti dua malaikat yang selalu menjagaku kapanpun dan dimanapun aku berada. Cinta kasihnya sangat sempurna, seakan-akan aku adalah satu-satunya didunia ini.
Namun,. ketika aku dewasa… aku faham, hidup bukanlah sekedar senyuman belaka. Bukan hanya tawa yang selalu menggema dalam kehidupan ini.

Keika dewasa, semua terungkap secaranyata. Senyuman yang selalu ayah tampakkan didepanku ternyata senyum palsu. Aku benar-benar mengira, bahwa hidup kami adalah syurga yang tiada tara, namun sisi dewasaku membawa aku mengenal keluaargaku yang sebenarnya.
Ayah,. Mengapa kau lakukan itu pada aku dan ibu?
Sekarang aku benar-benar ingin pergi kemasa kecilku agar aku selalu mengingatmu dan ibu.. dan mengingat semua keindahan masalalu aku bersamamu kala dulu…

Ayah,. Kau dimana?
Aku memang membencimu,. Tapi… maukah kau kembali pada aku dan ibu? Maukah kau berikan sesuatu kepadaku??? Aku hanya menginginkan secangkir teh manis hangat itu ayaaah…
Aku benar-benar kehausan ayah,..
Dan aku benar-benar menunggumu memberikan itu padaku,.
Sudah lama sekali,. Aku tak merasakannya ayah…
Ku mohon, datanglah pada aku dan ibu untuk membawa secangkir teh manis hangat itu

Aku menunggumu…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

  Malam hari ini begitu dingin,. Sepertinya manusia sudah hilang dari jangkauan mata,. Aku hanya bisa melihat bebrapa diantaranya masih terj...