Untuk beku, seseorang dimasa ini (direa.sastra)
Dari
dinginnya malam dan salju. Kaulah yang terdingin yang pernah ku kenal. Matamu
yang tajam dan senyummu yang begitu melekat,. Kadang kau memanggilku tanpa
sepatah kata yang kau ucap. Aku mencoba menerka keadaanku dan kau saat ini.
Tapi sejujurnya, ini bukanlah keahlianku mendiagnosa rasa. Aku hanya mencoba
diam kala kau didekatku. Merasakan begitu dingin dirimu.
Sudah
2 tahun dikelas yang sama kita berjumpa. Namun, dinginmu masih terlihat nyaman
berada padamu, sampai dimana aku membeku karna sifatmu. Kau selalu menyapa kala
aku diam, menerkaku dan selalu memperhatikanku dari kejauhan. Aku memang
merasakannya, merasa bahwa kau memperhatikanku. Tapi,… ketika aku mendekatimu,
diammu yang beku selalu menjadi sifat utamamu. Aku bingung denganmu, mengapa
kau terlihat ingin memiliki namun disaat bersamaan kau sangat menolaknya.
Sombong???
Sepertinya tidak, pendiam?? Kata itu ingin membuatku tertawa,. Mana mungkin
orang seperti dia bisa disebut orang pendiam. Dan diapun bukanlah seseorang yang bisu,.
Kamu
bukan salah satu sifat yang selama ini aku terka. Namun, entah mengapa sifat
diammu itu kau lakukan hanya padaku, ya benar-benar hanya aku yang merasakan
diammu. Aku benar-benar bingung denganmu, aku tak pernah berbicara padamu,
namun mengapa seolah-oleh aku telah melukaimu. Apa mungkin karna diammu itu
sebagai ungkapan bahwa kau membenciku,?
Entahlaaaah,
aku benar-benar tak mengerti sifatmu.
Satu
kejadiaan lagi bahwa mungkin kau membenciku,.
Di
hari rabu kala itu, aku sedang membaca novel dan duduk dikoridor depan kelas.
Kala itu hujan datang secara bersamaan denganmu, dan kau langsung duduk
disampingku untuk mengelap bajumu yang
basah karna hujan. Aku menoleh kearahmu namun kau masih sibuk dengan bajumu yang
basah. Aku terdiam beberapa saat dan melanjutkan membaca novel yang sedang ku
baca dan mulai mengabaikanmu. Dan tiba-tiba kau bicara “lagi apa?”. Aku kaget,
mendengar pertanyaan yang muncul dari mulutmu yang sudah lama aku tak pernah
mendengarnya selama 2 tahun. “lagi baca novel” jawabku sambil menengok ke
arahmu dengan wajah datarku. Dan setelah mulutku menjawab pertanyaannya, diapun
bergegas berdiri mengambil tasnya dan melangkah menuju kelas. Aku hanya
menengok ke arahnya dan melihat punggungnya berjalan semakin jauh dari tempat
yang saat ini aku duduki.
Menuliskan
ini, bukan berarti aku mencintai, mengagumi dan menginginkannya. Namun, orang
seperti apa yang ingin dijadikan tembok kala dia didekat kita, dijadikan patung
kala dikerumuni banyak orang. Sungguh, bukan karena cinta aku membuat ini.
Untukmu siapa saja orangnya,.
Manusia dingin seharusnya musnah,
Pergi dan hilang.
Jika
kau tidak mau diarak ditengah masyarakat karena dinginmu, bergegaslah kau
mengubah sifatmu itu. Segeralah mencari benda panas, atau jika tak juga benda
panas itu kau temui, silahkan kau bakar saja dirimu sendiri, agar dingin yang
ada padamu segera hilang mencair.
-Direa 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar